Seorang
teman di Facebook bertanya kepada saya di inbox. Ia menceritakan bahwa ia
sedang memulia bisnis. Tetapi ada temannya yang merendahkannya. Tidak kapok.
Bisnis terus tapi tidak ada berhasil. Kemudian saya memberikan jawaban saya
melalu inbox.
Saya sengaja
membagikan cerita ini, mudah-mudahan bermanfaat bagi teman-teman yang lain.
Untuk privasi, saya sengaja merahasiakan namanya.
Berikut pembicaraan
kami melalui inbox:
Fulan W:
Assalamualaikum
kak
Saya
menjawab:
Waalaikumsalam
wr. wb.
Saya
menjawab:
Ya. Ada apa
Dhik W....?
Fulan W:
Kak saya mau
curhat.
Saya
menjawab:
Silahkan...
Fulan W:
Kak saya
punya bisnis baru mulai juga. Terus ada
teman saya yang selalu merendahkan diri saya. Ia berkata, “Tidak ada kapoknya.
Bisnis terus, tetapi tidak ada yang berhasil.” Dia malah seperti menyombongkan
apa yang ia miliki sekarang kak.”
Saya
menjawab:
Semua itu
ujian bagimu. Saya sudah banyak cerita tentang demikian. Intinya sama. Kita
ingin lakukan sesuatu untuk berkembang, tetapi ada orang-orang di sekitar kita
yang merendahkan, memarahi dan bahkan meminta kita untuk berhenti. Memang kita
tidak tahu bagaimana menyikapi. Apakah kita ikut saran mereka? Ataukah kita
berhenti dan mencari yang lain?
Dahulu saya
hobi elektronika. Saya senang sekali memperbaiki peralatan elektronik tetangga.
Saat itu saya senang melakukannya, mesti saya tidak dibayar. Bagaimana mau
menerima dari uang mereka. Mereka saya anggap orang miskin.
Saya menyukai
hobi saya dengan elektronika sejak saya SMA. Jika sudah memegang rangkaian,
kadang sampai larut malam, jam 2 pagi belum tidur. Saat itu saya merasa
tertantang. Saya merasa senang dan menikmati. Pernah bapak dan ibu saya
memarahi, saya dianggapnya hanya buang-buang duit nggak dapat apa-apa. Saya memperbaiki
peralatan tetangga nggak dapat apa-apa dan bahkan saya rugi listrik untuk
soldier pemanas. Karena alasan itu saya jadi setengah-setengah. Memang benar
apa yang dikatakan oleh bapak dan ibu saya. Selama itu saya nggak dapat duit.
Tetapi
setelah banyak belajar dari orang-orang yang sukses. Belajar dari banyak buku
motivasi. Sebenarnya bapak atau ibu saya itu salah. Saya juga salah karena
mengikuti nasehat mereka. Untuk menjadi mahir dan dibayar mahal dalam
elektronika, saya harus banyak membuat percobaan. Saya harus luangkan waktu
untuk memperbaiki keahlian saya di bidang elektronika. Karena saya tidak kuat,
akhirnya saya tidak berhasil di bidang itu.
****
Saat saya
memberikan jawaban sampai di sini, tiba-tiba teman saya mengajak untuk makan
Bakso Malang. Saya mengira bercanda, ternyata serius. Dengan berat hati saya
ikuti ajakan teman saya. Saya berangkat bersama 3 orang ke warung. Setelah
makan saya pulang dan pas shalat mahgrib. Setelah shalat di masjid, saya baru
kembali membalas lagi jawaban yang masih kurang. Teman saya berkata, “Kenapa
pulang dari masjid lebih awal?” Saya menjawab, “Ada sesuatu yang harus saya
kerjakan di Facebook.”
Fulan W:
Jadi aku
harus gimana kak?
Saya
menjawab:
Kalau anda
tanya saya, terus terang saya tidak tahu. Untuk menentukan anda berhenti atau
terus dengan binis anda itu saya butuh waktu banyak. Sedangkan media ini dan
waktu yang ada tidak cukup. Kalau saran saya, "Bertanyalah kepada Allah
tentang apa yang harus dilakukan dalam doamu?" Nanti akan ada petunjuk
yang harus kamu pelajari. Petunjuk itu datang dari orang-orang di sekitar kita.
Misalnya melalui pembicaraan orang lain tanpa sengaja. Tujuan saya melatih diri
anda untuk membuat keputusan sendiri. Dan keputusan itu adalah yang terbaik
untuk anda.
Fulan W:
Ya Allah
makasih kak atas nasehat nya aku senang sekali punya teman seperti kakak
Saya menambahkan
:
Sekedar
berbagi pengalaman untuk pelajaran. Kakak saya dulu saat memulai bisnis laundry
banyak gangguan dan cobaan. Di saat awal, orang tua saya tidak setuju mengenai
bisnis.
Orang tua
saya ingin kakak saya bekerja seperti yang lainnya misalnya di perusahaan, jadi
guru atau karyawan. Tetapi saya masih ingat saat kuliah. Dosen saya mengajarkan
tentang Kewirausahaan. Kami mahasiswa saat dituntut untuk menciptakan usaha dan
lapangan kerja. Bukan seperti zaman sebelumnya, setelah lulus kuliah lalu
mencari pekerjaan. Karena saya menyadari bahwa jiwa saya tidak bisa bisnis.
Saya mendukung kakak saya untuk berbisnis. Akhirnya saya membantu kakak saya
dalam bisnis laundry. Padahal saya tidak menyukai bisnis laundry. Saya dulu
pernah bertanya dalam hati, "Kenapa kakak saya memilih bisnis
laundry?" Belakangan saya tahu. Setiap orang itu biasanya hanya
ikut-ikutan. Mungkin kakak saya terinspirasi dari teman kuliahnya dulu yang
bisnis laundry.
Untuk
bisnis, kakak saya perlu modal uang banyak dan kekuatan. Saat itu sayalah yang
di sampingnya. Saya meyakinkan orang tua saya untuk memberikan bantuan modal.
Saya meyakinkan kepada orang-orang sekitar yang juga menentang kakak saya.
Bertahun-tahun bisnis laundry kami berjalan. Tetapi kami belum mendapatkan
keuntungan financial.
Kalau
dinilai uang, kami rugi sekitar Rp50an juta atau lebih. Tetapi belum sampai
Rp100juta. Bagi saya uang sejumlah itu kerugian yang banyak. Saya telah membaca
cerita dari buku. Ada banyak orang yang rugi milyaran rupiah. Kerugian kami itu
hanyalah kecil.
Meski begitu
kami menderita juga. Pusing di kepala. Keluarga kami saling menyalahkan.
Terutama orang tua saya. Sedih karena banyak kehilangan. Sedih karena
tertinggal dengan teman-teman yang lain yang sudah punya ini dan itu. Saya juga
pernah bertengkar dengan kakak saya. Setelah evaluasi akhirnya kami sadar.
Bahwa untuk bisnis itu resikonya besar. Jika takut dengan resiko jangan jadi
pebisnis. Jadi karyawan saja. Tapi kalau ingin kaya harus bisnis atau dagang.
Fulan W:
Tapi saya bisnisnya
bisa lewat online atau offline kak.
Saya
menjawab:
Semua bisnis
intinya sama. Ada tantangan dan ujiannya. Kata yang selalu dikutip orang dalam
bisnis adalah ulet, sabar, tekun. Dirut BRI Joko Santoso pernah bilang,
"Orang harus PLN. Pinter, Luwes dan Nasib Baik." Prof Suyanto
berkata, "Bisnis itu kalau langsung untung banyak seperti kuliah dan dapat
beasiswa. Tetapi kalau rugi, kerugian itu seperti uang untuk bayar SPP."
Atasan saya
mengundurkan diri dari perusahaan lama tempat ia bekerja pada tahun 2011.
Karena ia ingin membuat perusahaan sendiri dengan temannya dalam bidang yang
sama, konsultan kapal. Beberapa kali sebelumnya ia ingin keluar dari
perusahaan. Tetapi selalu ditahan atasannya. Hingga ia diijinkan keluar di
tahun itu.
Saat membuat
perusahaan baru, tahun-tahun pertama sangat berat baginya. Pendapatan yang ada
hanya cukup sampai bulan Desember. Saat itu teman saya banyak puasanya (menahan
keinginan membeli barang). Itu berlangsung selama beberapa tahun. Baru tahun
ini atasan saya memperoleh proyek yang besar. Lalu saya dihubungi untuk
membantunya.
Untuk
berhasil itu butuh waktu. Kita tidak tahu kapan itu dan berapa lama. Tukul
Arwana sukses di televisi setelah berjuang selama 17 tahun. Itu bukan waktu
yang singkat...
Dan mengenai
kakak saya, saat ini belum berhasil dengan bisnis laundrynya. Tetapi kakak saya
telah berhasil membentuk seorang manajer bisnis laundry muda. Ada temannya yang
dulu pernah ikut di bisnis laundry. Lalu sekarang ia mengelola bisnis laundry
di kota yang lain. Ia menjalankan laundry orang lain dan lebih berhasil dari kakak saya. Pelanggan dan
karyawannya lebih banyak.
Kalau dihitung
uang kami memang rugi. Tetapi ada sesuatu yang tidak bisa dinilai dengan uang.
Hikmah dan pengalaman. Kami telah mendapatkan sesuatu yang orang lain tidak
dapatkan. Termasuk diri saya sendiri.
Dalam hal
apapun kita butuh waktu, uang, modal untuk belajar. Itu semua adalah investasi
yang harus kita bayar...
Fulan W:
Sekarang aku
paham inti dari semua itu sabar. Berusaha dan berdoa ia kan kak?
Ya. Kata
'sabar' dan 'doa' itu harus kita ingat-ingat. Dalam hal ini saya juga berlatih
sabar. Ada orang berkata, "Jika kita kehilangan kesabaran, maka saat itu
kita juga telah kehilangan kekuatan."
Saya sering
membaca doa istighfar. Sekedar berbagi pengalaman. Tiap kali saya baca ini :
"Astaghfirullah robbal baroya Astaghfirullah minal khotoya," saya
hampir selalu mendapatkan rezeki tak terduga.
Tetapi saya
menjadi heran, karena rezeki itu datang dalam bentuk makanan. Entah tetangga
kasih makanan atau teman saya mentraktir saya. Padahal saya berharap rezeki tak
terduga itu dalam bentuk uang. Lalu saya berpikir ulang. Setiap hari saya butuh
makan. Untuk makan perlu uang untuk bayar makanan/minuman. Kalau sudah dapat
makanan entah itu dari teman atau tetangga, berarti saya tidak perlu lagi
keluar uang untuk membeli makanan.
Saya
mempunyai keyakinan Allah menurunkan rezeki itu dalam bentuk makanan melalui
orang-orang di sekitar saya. Teman saya, keluarga saya, tetangga saya atau
kerabat saya. Kadang juga dari orang yang tidak saya kenal.
Dan saya
punya keyakinan bahwa banyak membaca istighfar untuk mendapatkan rezeki itu
benar. Seperti dalam surat Nuh: "maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah
ampun kepada Rabb-mu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun'." –
(QS.71:10) "niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan
lebat," – (QS.71:11) "dan memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan
mengadakan untukmu kebun-kebun, dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu
sungai-sungai." – (QS.71:12) "Mengapa kamu tidak percaya akan
kebesaran Allah." – (QS.71:13)
****Keesokannya
hari saya membuka Facebook lagi.
Fulan W:
Subhanallah.....
Terimakasih ya kak atas segala nasehatnya. Semoga kakak diberi kemudahan dalam
segala urusan kakak dan dilimpahkan rezeki yang barokah. Aamiin..
Saya
menjawab:
Ya.
Sama-sama.
****NB:
Dari
Aisyah RA, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Wahai
Aisyah, orang yang memberimu sesuatu tanpa kau memintanya maka terimalah, sebab
barang itu merupakan rezeki yang diberikan oleh Allah kepadamu.” (HR. Bukhari
dan Muslim)